Logo

Desa Kesimantengah

Kabupaten Mojokerto

Home

Profil Desa

Infografis

Listing

IDM

Berita

Belanja

PPID

🔹 Warisan Majapahit: Simbol Spiritual Lereng Gunung

🔹 Warisan Majapahit: Simbol Spiritual Lereng Gunung

Invalid Date

Ditulis oleh BANGGA AL HAKIM

Dilihat 429 kali

🔹 Warisan Majapahit: Simbol Spiritual Lereng Gunung

Pada abad ke‑14, di masa kejayaan Kerajaan Majapahit, berdirilah sebuah candi dari batu andesit di tengah hamparan alam Desa Kesimantengah. Kini kita mengenalnya sebagai Candi Kesiman Tengah.

Candi ini memiliki ciri khas relief kisah Samudramanthana, tokoh-tokoh Hindu seperti Garuda, Kala, dan Gana, serta arsitektur yang tidak mewah layaknya candi istana—melainkan candi pertapaan, yang menunjukkan bahwa kawasan ini dulunya menjadi wilayah suci atau tempat semadi para resi atau pendeta Hindu.

🔍 Asal nama “Kesiman”?

Nama “Kesiman” diduga berasal dari kata “sima”, istilah kuno dalam prasasti yang berarti tanah perdikan atau tanah suci yang dibebaskan dari pajak untuk keperluan keagamaan. Tanah sima biasanya diberikan raja kepada resi atau tempat suci. Tambahan kata “Tengah” bisa menunjuk pada letaknya di antara dusun lain, atau menandai wilayah utama dari kompleks sima yang lebih luas.

Jadi, kemungkinan besar “Kesiman Tengah” berarti “pusat tanah suci” atau “wilayah utama tanah perdikan”—yang sesuai dengan fungsinya sebagai pusat semadi masa Majapahit.

🔹 Jejak Islamisasi: Transisi ke Mataram

Setelah keruntuhan Majapahit pada akhir abad ke‑15, wilayah Mojokerto secara perlahan mengalami islamisasi melalui peran Walisongo dan ekspansi Kesultanan Demak, lalu dilanjutkan oleh Kesultanan Mataram Islam di abad ke‑16 dan ke‑17.

Dalam banyak wilayah bekas Majapahit, nama-nama lama tetap dipertahankan, meskipun fungsi tempatnya berubah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Kesimantengah tetap disebut demikian, namun kini dengan fungsi baru—misalnya sebagai pemukiman warga, tanah garapan, atau pesantren kecil. Proses seperti ini lazim terjadi, sebagaimana nama-nama desa lain yang bertahan dari era Hindu-Buddha ke era Islam.

Namun, tidak ditemukan bukti tertulis atau prasasti Islam yang menyebut Kesimantengah secara langsung, baik dalam bentuk naskah Mataram atau dokumen Kesultanan. Ini bisa jadi karena wilayah ini tidak menjadi pusat administratif, melainkan tetap sebagai kampung pedesaan yang diwarisi secara turun-temurun.

🔹 Kolonial: Nama Tercatat Secara Resmi

Dari Nama Kesiman-tengah pertama kali ditulis secara resmi dalam dokumen kolonial Hindia Belanda pada tahun 1891, dalam Lijst van Oudheden van Java oleh R.D.M. Verbeek. Ia mencatat Candi Kesiman Tengah sebagai objek arkeologi penting dan menyebutkan nama desa sesuai pengucapan lokal saat itu.

Kunjungan lanjutan oleh Dr. Krom pada tahun 1914 mengoreksi interpretasi sebelumnya—namun tidak menghapus nama “Kesiman-tengah” dari daftar lokasi bersejarah.

🏛️ Dari Tanah Suci ke Desa Mandiri

Pada masa kemerdekaan, Kesiman-tengah disatukan secara administratif menjadi desa dengan nama Kesimantengah (sesuai ejaan resmi). Hari ini, desa ini berdiri sebagai bagian dari Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, sekaligus menjadi saksi bisu perjalanan panjang spiritualitas, kebudayaan, dan transformasi masyarakat Jawa.

📌 Penutup:

Kesimantengah adalah nama yang menyimpan banyak kemungkinan: dari pusat tanah suci di masa Majapahit, tempat pertapaan para resi, hingga desa pedesaan yang tetap lestari melewati zaman Mataram Islam dan kolonial Belanda. Kini, ia hadir sebagai desa bersejarah yang masih memelihara akarnya.

Bagikan:

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Logo

Desa Kesimantengah

Kecamatan Pacet

Kabupaten Mojokerto

Provinsi Jawa Timur

© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia