Invalid Date
Dilihat 28 kali
“Jejak Nama, Warisan Leluhur, dan Tanggung Jawab Masa Kini”
✍️ Ditulis oleh: Bangga Al Hakim
📖 Pendahuluan: Mencari Jejak dalam Kabut Waktu
Sebagai warga Desa Kesimantengah, saya, Bangga Al Hakim, merasa memiliki tanggung jawab moral dan budaya untuk menggali sejarah desa yang menjadi tempat saya lahir, tumbuh, dan kini berjuang untuk memajukannya. Penulisan ini bukan semata-mata mengisahkan masa lalu, melainkan sebuah upaya membangun kesadaran kolektif, agar masyarakat—terutama generasi muda—tidak melupakan akar sejarah dan identitas desanya sendiri.
Dalam menyusun tulisan ini, saya tidak hanya bergantung pada dokumen resmi, tapi juga mencoba membaca ulang petunjuk-petunjuk kecil: nama tempat, cerita lisan, jejak di peta tua, dan laporan-laporan Belanda. Meski tak semua lengkap, dari serpihan itu kita bisa merangkai sebuah hipotesis sejarah yang kuat:
Desa Kesimantengah memiliki akar yang jauh lebih dalam dari yang tampak di permukaan.
🏯 Bagian I: Arti Nama yang Menyimpan Makna
Mari kita mulai dari yang paling mendasar: nama desa kita.
Kesimantengah bukanlah nama yang muncul tiba-tiba. Ia terdiri dari dua unsur:
Nama ini membawa dua pesan:
🏺 Bagian II: Jejak Tertulis Tertua — Laporan Verbeek (1891)
Dokumen tertua yang menyebut nama “Kesimantengah” muncul dalam laporan seorang peneliti Belanda bernama R.D.M. Verbeek pada tahun 1891. Dalam laporannya, ia mencatat adanya situs yang disebut “Tjandi Kèsiman-tēngah”—penulisan fonetik dalam ejaan Belanda untuk “Candi Kesimantengah”.
Ini bukan sekadar catatan arkeologi biasa. Ini adalah bukti tertulis pertama yang mencatat nama desa ini secara formal. Namun ada hal yang lebih penting dari itu:
Nama tersebut diperoleh Verbeek dari penduduk lokal, artinya nama Kesimantengah telah dikenal masyarakat bahkan sebelum Belanda mencatatnya.
Dan jika dalam laporan itu disebutkan ada “candi”, maka muncul hipotesis bahwa wilayah ini dulu memiliki tempat ibadah atau peninggalan Hindu-Buddha, yang menandakan keterkaitan dengan masa kerajaan Majapahit.
🕌 Bagian III: Dari Majapahit ke Mataram — Nama yang Tidak Luntur
Setelah masa keemasan Majapahit berakhir di akhir abad ke-15, wilayah Mojokerto masuk dalam pengaruh kerajaan Islam seperti Kesultanan Demak dan kemudian Mataram Islam.
Pada masa transisi ini, banyak struktur desa yang ditata ulang. Tempat-tempat lama yang dulunya memiliki nama bercorak Hindu tetap dipertahankan. Nama seperti Kesimantengah adalah contoh bagaimana identitas lokal tidak terhapus, melainkan bertransformasi dan diterima dalam budaya baru.
Bisa jadi pada masa ini, Kesimantengah menjadi pusat pertanian, tempat tinggal ulama, atau bahkan daerah perdikan Islam, namun tetap membawa nama dari masa sebelumnya.
🧭 Bagian IV: Masa Kolonial dan Kebangkitan Administrasi Desa
Masuknya pemerintahan Hindia Belanda membawa penataan ulang dalam sistem desa di Jawa. Banyak desa disusun dalam struktur administratif baru. Namun nama Kesimantengah tetap bertahan, menunjukkan bahwa ia telah memiliki identitas dan masyarakat yang kuat.
Catatan Belanda tidak menunjukkan bahwa nama ini ciptaan mereka, melainkan adopsi dari nama lokal yang telah mapan. Ini memberi kita kesimpulan kuat bahwa desa ini telah eksis bahkan sebelum Belanda datang.
📜 Bagian V: Masa Kemerdekaan – Menjadi Desa Resmi
Pasca kemerdekaan, Kesimantengah ditetapkan sebagai desa resmi dalam struktur pemerintahan Republik Indonesia, berada di bawah:
Meski telah melewati masa kolonial, revolusi, dan modernisasi, nama desa ini tidak pernah berganti. Ia tetap menjadi simbol dari keberlanjutan budaya, sejarah, dan keberadaan masyarakat yang setia merawat tanahnya.
👦 Bagian VI: Untuk Anak-Anak Desa – Ini Sejarahmu!
Anak-anak di desa ini harus tahu:
Desa kalian bukanlah desa biasa.
Ia menyimpan kisah panjang ratusan tahun, dari zaman kerajaan hingga kemerdekaan. Mengetahui ini bukan sekadar menambah pengetahuan, tapi membangun rasa:
🌳 Penutup: Dari Sima ke Sekarang, dari Jejak ke Kesadaran
Sejarah bukan hanya urusan masa lalu. Sejarah adalah pijakan hari ini dan arah untuk masa depan. Dengan mengetahui sejarah Kesimantengah, kita tahu bahwa:
Tugas kita sekarang adalah merawat, menghidupkan, dan menyebarkan kisah ini, agar nama Kesimantengah terus mengalir dalam ingatan anak cucu kita.
Di antara gunung dan sawah, di balik cerita para leluhur, Kesimantengah tetap hidup.
Bukan hanya karena nama, tapi karena kita semua yang menjaganya.
Bagikan:
Desa Pereoa
Kecamatan Kapoiala
Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara
© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia
Pengaduan
0
Kunjungan
Hari Ini